Cimahi, Jamkesnews - Pengalaman pahit sempat dirasakan Atin
Supriyatin (49) saat mengetahui sang anak, M. Ilman Fauzi (15) mengalami patah
tulang di pergelangan tangannya. Kejadian ini sangat membuat dirinya terpukul
lantaran Ilman, panggilan sang anak, sampai harus terbaring di meja operasi.
“Kejadiannya dua tahun lalu, tepatnya November 2018. Anak
saya jatuh dari sepedanya terus pergelangan tangannya patah. Pikiran saya
langsung tidak tenang. Saat itu saya segera bawa dia ke rumah sakit dan
ternyata sampai di sana harus dilakukan tindakan operasi,” terangnya (29/12).
Dikatakan Atin, kejadian saat itu begitu cepat. Ia tak
sempat berpikir untuk menyiapkan segala berkas maupun sekedar biaya untuk
keperluan perawatan anaknya. Hanya berbekal kartu Jaminan Kesehatan Nasional-
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) milik anaknya, Atin mantapkan hati untuk
langsung membawa Ilman ke rumah sakit.
“Yang di pikiran saya saat itu memang yang paling penting
adalah penanganan anak saya dan membawa kartu BPJS itu saja. Perkara harus ada
biaya lagi dan lain sebagainya, saya akan pikirkan setelahnya bersama suami.
Yang penting tangan anak saya lekas ditangani dan dia tidak mengeluh sakit
lagi,” ujarnya.
Diceritakan Atin, saat itu kondisi tangan anaknya sudah
mengalami bengkak dan memar. Ia tak kuasa menahan sedih sembari menenangkan
Ilman yang sepanjang jalan hanya menangis lantaran menahan sakit. RSUD Cibabat
Kota Cimahi menjadi tempat Ilman menjalani perawatan pertama. Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) tersebut dipilih lantaran lokasinya
yang relatif dekat dengan tempat tinggal Atin selain karena kebutuhan perawatan
yang mendesak.
“Sampai di rumah sakit langsung dibawa ke IGD (Instalasi
Gawat Darurat). Di sana langsung ditangani dan diperiksa oleh dokter yang jaga.
Kemudian suruh nunggu hasil rontgen hari itu dan alhamdulillah kondisi anak
saya sudah lebih baik karena cepat menerima penanganan,” ungkapnya.
Selang beberapa bulan dari kejadian, kondisi tangan Ilman
sudah jauh lebih baik. Atin melanjutkan, jika anak bungsunya tersebut sudah
diperbolehkan melepas pen tulang yang membalut tangannya. Pelepasan pen
tersebut dilakukan di RS, hingga sampai beberapa bulan kemudian Ilman masih
harus rutin kontrol di rumah sakit yang sama.
“Alhamdulillah, perawatan sejak operasi saat itu berjalan
lancar. Tiap kali kontrol perkembangannya terus membaik kata dokter. Sekitar
tiga bulanan anak saya lepas pen dan semua tidak ada biaya tambahan karena saya
pakai BPJS,” bebernya.
Lebih lanjut, Atin mengungkapkan rasa puasnya selama
menggunakan layanan JKN-KIS di rumah sakit. Ia tak menemukan bentuk kesulitan
yang terkadang sering ia dengar dari kebanyakan orang. Ia bersyukur sejak awal
operasi hingga masa kontrol segala biayanya telah ditanggung Program JKN-KIS.
“Dari yang awal dulu operasi terus sampai sembuh total itu
semua gratis. Saya dan suami kan jujur saja tidak ada persiapan karena ini juga
musibah. Belum lagi pas dokter bilang Ilman harus operasi rasanya tidak sanggup
kalau harus cari biaya. Semua ini pertolongan Allah, saya bersyukur sekali.
Kami juga lega karena sudah menjadi peserta Program JKN-KIS sejak lama,”
pungkasnya menutup cerita. (BS/dh)